Penerapan Sistem Aerasi di Gedung Perkantoran

Penerapan Sistem Aerasi di Gedung Perkantoran

Sistem Aerasi  – Pencemaran limbah selalu menjadi isu perdebatan yang selalu menarik bagi banyak orang. Tidak terkecuali gedung perkantoran yang cukup banyak menghasilkan limbah dan dampaknya dirasakan langsung oleh masyarakat, khususnya daerah padat penduduk seperti DKI Jakarta dan beberapa kota besar lainnya di Indonesia.

Untuk menanggulangi hal tersebut, saat ini banyak gedung perkantoran di beberapa kota besar di Indonesia yang menerapkan sistem RBC atau Rotating Biological Contractor sebagai cara untuk mengolah limbah yang dihasilkan. Sistem ini pada dasarnya memanfaatkan cakram berdiameter 2-4 meter yang dipasang secara berjajar untuk selanjutnya diputar dalam reaktor khusus yang di dalamnya dapat dialirkan limbah cair secara kontinyu.

Sistem RBC ini memiliki beberapa kelebihan dan juga kekurangan dari kacamata awam untuk pengolahan air limbah, meliputi:

Kelebihan Sistem RBC

  • Kebutuhan energi relatif lebih kecil
  • Operasi maupun konstruksinya sederhana
  • Tidak memerlukan udara dalam jumlah besar
  • Lumpur yang dihasilkan relatif lebih sedikit
  • Relatif tidak menimbulkan buih

Kekurangan Sistem RBC

  • Pembebanan yang terlalu tinggi dapat merusak batang pemutar cakram
  • Kerusakan media cakram karena timbulnya korosi
  • Pengontrolan jumlah mikroorganisme sulit dilakukan
  • Sensitif terhadap perubahan suhu
  • Terkadang menimbulkan bau busuk

Melihat beberapa kelebihan dan kekurangan di atas tentunya sangat menarik. Walaupun kelebihannya cukup banyak, tetapi sistem ini sejatinya kurang cocok untuk diterapkan di gedung perkantoran, karena kontrol jumlah mikroorganisme yang sulit dilakukan dan bau busuk yang dihasilkan.

Hal ini dapat merugikan masyarakat, khususnya jika pengolahan air limbah tidak dapat menyaring bakteri yang dapat merusak kandungan air. Sehingga masyarakat yang biasa mengkonsumsi air dapat terkena berbagai penyakit. Selain itu, karena sistem ini sensitif terhadap perubahan suhu, kita tidak dapat memastikan limbah yang dibuang sudah benar-benar bebas dari kontaminan.

Untuk itu, solusi alternatif yang dapat Anda gunakan adalah dengan menerapkan sistem aerasi untuk gedung perkantoran. Berbeda dengan sistem RBC yang memanfaatkan lumpur untuk mengolah limbah, sistem ini berlangsung dengan cara menambahkan oksigen ke dalam limbah cair. Cara ini dapat mengurangi konsentrasi zat pencemar di dalam limbah.

Penerapan sistem aerasi ini juga dapat mengambil kontaminan yang berbentuk gas, ion, cairan, koloid atau juga bahan tercampur. Untuk praktiknya, sistem ini  menggunakan dua cara, yaitu:

  • Memasukkan udara yang mengandung oksigen ke dalam limbah 
  • Memaksa air ke atas agar dapat kontak langsung dengan oksigen

Lalu, sebenarnya bagaimana tahap sistem aerasi ini bekerja untuk mengurai limbah agar bersih dari kontaminan? Berikut adalah penjelasan sederhana yang dapat membantu Anda lebih memahami prosesnya:

  1. Limbah cair domestik yang mengandung tinja, urin, sisa makanan, dan juga sabun dialirkan langsung masuk Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) melalui pipa-pipa berbahan PVC.
  2. Air limbah domestik dari berbagai sumber melewati saringan kasar untuk memisahkan kotoran sampah padat yang ikut mengalir masuk, lalu sampah padat tersebut masuk ke dalam alat yang disebut ‘komunitor’, yang berfungsi menghancurkan secara mekanik padatan-padatan seperti tinja atau gumpalan lemak.
  3. Selanjutnya, air limbah tersebut masuk ke bak dengan sistem aerasi yang di bawahnya telah terpasang pipa dan diffuser untuk mengalirkan udara. 
  4. Polutan organik yang terdapat dalam air akan diuraikan secara biokimia oleh mikroba-mikroba pengurai yang bersifat aerob sehingga menjadi senyawa yang lebih sederhana dan stabil.
  5. Air limbah yang telah diolah dalam bak aerasi selanjutnya akan mengalir masuk ke dalam bak pengendap, yang berfungsi untuk mengendapkan mikroba yang mati atau yang baru terbentuk dan ikut mengalir dari bak aerasi.
  6. Endapan (lumpur aktif) yang mengandung bakteri baru untuk menghilangkan polutan organik dialirkan kembali ke dalam bak aerasi dengan bantuan udara.
  7. Air olahan yang berasal dari bak pengendap nantinya mengalir melalui pipa dan masuk ke dalam bak outlet. Dari sini, air olahan yang sudah bebas polutan kemudian dipompa keluar IPAL.

Beberapa tahap dalam sistem aerasi di atas lebih efektif dibandingkan dengan penggunaan Rotating Biological Contractor (RBC), karena sisa limbah tidak menghasilkan bau dan prosesnya cenderung dapat berlangsung terus menerus. Jika Anda masih kebingungan dengan prosesnya, Adika Tirta Daya juga dapat membantu instalasinya. Tentu saja dengan dukungan staf maintenance di lokasi sesuai kebutuhan.

Untuk itu, Anda tidak perlu ragu lagi beralih menggunakan sistem pengolahan limbah ini. Dampaknya juga cukup positif untuk masyarakat sekitar, sehingga perusahaan dapat menjalankan proses pengolahan sisa limbah buangan perkantoran lebih stabil tanpa perlu takut terkendala dengan akibat limbah yang mengganggu. Keberlangsungan lingkungan dapat terjaga, gedung perkantoran Anda pun tetap berjalan tanpa hambatan. (Pradana)