Mengenal peran bakteri aerob dan anaerob dalam pengolahan limbah cair merupakan pemahaman yang penting dalam sistem Sewage Treatment Plant (STP). Mengapa ini penting? Karena tanpa memahami peran mereka, kita mungkin mengabaikan kehadiran bakteri dan mikroorganisme pengurai tersebut. Selanjutnya, langkah-langkah yang diambil untuk merawat STP mungkin menjadi salah dan dapat menghambat atau merusak sistem kerja STP. Namun, ini dapat dihindari dengan memahami bagaimana sistem STP bekerja dan peran bakteri pengurai di dalamnya. Mengapa kita tidak boleh mematikan mereka, tetapi sebaliknya, kita perlu memastikan nutrisi bakteri tetap terjaga dengan baik?
Ada dua jenis bakteri yang bekerja dalam sistem STP, yaitu bakteri anaerob dan aerob. Sesuai dengan namanya, bakteri anaerob bekerja tanpa oksigen, sementara bakteri aerob memerlukan oksigen sebagai sumber energinya. Kedua jenis bakteri ini bertugas untuk menguraikan limbah cair yang masuk ke dalam tangki pengolahan STP. Bakteri anaerob dan aerob bekerja secara bergantian. Proses awal pengolahan limbah cair dilakukan secara anaerob dan fisika, lalu dilanjutkan dengan pengolahan biologis yang melibatkan bakteri aerob untuk memecah kontaminan yang masih berbahaya.
Bakteri aerob akan menangkap zat-zat berbahaya dalam limbah cair sehingga sisa limbah yang akan dibuang menjadi aman dari pencemar berbahaya. Semakin banyak bakteri dalam sistem STP, semakin optimal proses penguraian limbah cairnya. Performa bakteri ini juga dipengaruhi oleh jumlah nutrisi bakteri yang tersedia. Jika jumlah nutrisi bakteri yang diperlukan kurang dari yang seharusnya, pertumbuhan dan perkembangan bakteri akan melambat, dan proses penguraian juga akan melambat. Sebaliknya, jika kita ingin pertumbuhan bakteri yang tinggi untuk performa penguraian yang optimal, maka kita perlu memberikan nutrisi dalam jumlah dan kualitas yang cukup.
Bagaimana cara meningkatkan kinerja bakteri pengurai?
Jawabannya adalah dengan memberikan nutrisi yang cukup dan sesuai dengan kebutuhan bakteri. Nutrisi bakteri yang diberikan harus pula sesuai dengan jenis mikroorganisme yang ada dalam sistem STP. Apabila pemberian nutrisi bakteri tidak sesuai, berisiko terjadi kematian massal bakteri yang justru merugikan. Kematian massal ini ditandai dengan bau busuk yang kuat dan perubahan warna lumpur aktif menjadi hitam. Saat kondisi seperti ini terjadi, proses pengolahan limbah akan terhenti total, dan memerlukan waktu yang lama untuk memulai kembali. Mengapa? Karena diperlukan pembiakan dan pertumbuhan bakteri pengurai yang baru hingga populasi mencukupi untuk menguraikan limbah dalam jumlah tertentu.
Nutrisi yang diberikan dapat berupa garam fosfat, glukosa, dan urea. Jumlahnya tentu disesuaikan dengan jenis bakteri dan kondisi perkembangbiakannya di dalam STP. Pemberian nutrisi bakteri ini juga harus diatur jumlahnya melalui jadwal yang teratur. Pada bulan pertama, ketika pembiakan diharapkan cepat, nutrisi bakteri diberikan dalam jumlah besar. Selanjutnya, jumlahnya dapat dikurangi saat populasi bakteri mencapai tingkat yang ideal. Kita juga harus mewaspadai anomali selama pembiakan dan proses penguraian limbah. Upaya menjaga kondisi bakteri yang ideal sangat penting untuk mencegah kematian massal dan pertumbuhan populasi yang berlebihan.
Tips merawat sistem STP untuk hasil optimal
Tips perawatan ini difokuskan pada menjaga populasi dan habitat bakteri pengurai dalam STP agar tetap ideal dan beroperasi secara optimal. Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga kinerja STP:
1. Mengendalikan jenis nutrisi bakteri yang diberikan kepada bakteri pengurai.
Sebaiknya konsultasikan dengan ahli STP untuk penentuan nutrisi yang sesuai, baik dari segi kualitas maupun jumlah yang diperlukan sesuai kebutuhan.
2. Mengendalikan jumlah maksimal limbah cair yang diolah setiap harinya.
Pengaturan jumlah limbah yang diolah dapat meningkatkan efisiensi pengolahan limbah cair.
3. Melakukan pemeriksaan rutin mesin instalasi dan menjaga kebersihan bak pengurai.
Rutin membersihkan bak dari sedimen limbah, lumpur, dan kontaminan besar sangat penting untuk kelancaran pengolahan limbah di IPAL. Penting untuk bijak dalam membersihkan, membedakan lumpur aktif yang perlu dipertahankan dan sedimentasi limbah yang harus dibuang.
4. Memeriksa pH dan indikator baku limbah cair secara berkala.
Salah satu indikator kinerja bakteri pengurai adalah mengukur komponen dalam limbah cair seperti kadar COD, BOD, dan indikator baku limbah lainnya. Jika nilai-nilai ini tidak sesuai dengan standar, ini dapat menjadi tanda bahwa kondisi bakteri tidak optimal. Pemeriksaan berkala diperlukan untuk memantau kesehatan, pertumbuhan, dan perkembangan bakteri. Dengan menjaga populasi dan habitat bakteri pengurai yang optimal, serta mengendalikan nutrisi, jumlah limbah, menjaga kebersihan, dan memeriksa parameter limbah secara berkala, Anda dapat memastikan kinerja sistem STP tetap optimal.
Adika Tirta Daya dapat menjadi pilihan tepat untuk perawatan sistem STP Anda. Dengan tenaga ahli berpengalaman di bidang pengolahan limbah, tim kami akan menjaga nutrisi bakteri dengan baik, menjaga kualitas lingkungan, dan memberikan solusi yang sesuai untuk keberlanjutan bisnis Anda. Segera hubungi tim marketing Adika Tirta Daya untuk layanan yang berkualitas!