Di tengah pembangunan yang begitu pesat masih ada ditemukan kawasan Indonesia yang tertinggal, khususnya dalam kemampuan untuk mengelola air kawasan kumuh. Padahal kawasan yang kumuh dengan kualitas air yang kurang baik dapat mempengaruhi banyak sisi, mulai dari kesehatan, sosial, hingga ekonomi.
Tidak main-main, menurut Badan Pusat Statistik (BPS), per 2019 saja masih terdapat 40% rumah tangga perkotaan yang masuk dalam kategori kumuh.
Untuk itu, dalam rangka membantu kawasan tertinggal dalam mengelola air kawasan kumuh, penting rasanya agar Anda mengetahui bagaimana cara yang tepat untuk meningkatkan kualitas air dengan biaya yang lebih kompetitif dan juga terukur. Berikut adalah penjelasan selengkapnya!
Mengenal Indikator Kawasan Kumuh di Indonesia
Sebelum mengenal solusi untuk mengelola air kawasan kumuh, Anda perlu mengetahui terlebih dahulu beberapa indikator untuk menentukan sebuah kawasan termasuk dalam kategori kumuh atau tidak. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), ada beberapa indikator penting yang harus diketahui, meliputi:
- Kepadatan penduduk
Indikator pertama adalah kepadatan pendudukan. Kawasan yang termasuk dalam kategori kumuh adalah kawasan dengan jumlah kepadatan lebih dari 1.700 orang per hektar.
- Kepadatan bangunan
Bagi kawasan yang memiliki lebih dari 354 unit bangunan per hektar, maka kawasan tersebut juga dapat masuk dalam kategori indikator kumuh.
- Konstruksi bangunan
Jika ditemukan konstruksi bangunan yang buruk lebih dari 8% dari total keseluruhan kawasan, berarti kawasan tersebut termasuk dalam kategori kumuh.
- Perencanaan bangunan
Kawasan tanpa adanya rencana pembangunan yang baik dengan persentase lebih dari 34,48% Rukun Tetangga (RT) juga termasuk kategori kumuh.
- Ventilasi bangunan
Dari keseluruhan bangunan, jika ditemukan lebih dari 8,69% bangunan memiliki ventilasi yang buruk, maka kawasan tersebut telah memenuhi indikator kumuh lainnya.
- Jalanan yang tersedia
Jika masih ditemukan lebih dari 12,5% RT tidak memiliki jalanan beton atau aspal, maka kawasan tersebut pun dapat dikategorikan kumuh.
- Toilet layak pakai
Bagi kawasan yang memiliki lebih dari 5,09% toilet yang tidak layak pakai, maka kawasan tersebut telah memenuhi kategori kumuh.
- Frekuensi pembuangan sampah
Indikator kumuh lainnya dapat dilihat dari frekuensi pembuangan sampah yang dilakukan masyarakat. Jika lebih dari 12,5% RT membuang sampah lebih dari 3 kali seminggu, maka kawasan tersebut dapat dikategorikan sebagai kawasan kumuh.
- Cara pembuangan sampah
Jika dari keseluruhan populasi masih terdapat lebih dari 13,54% RT yang tidak membuang sampah langsung ke pusat pembuangan sampah, kawasan tersebut termasuk dalam kategori kumuh.
- Saluran drainase
Indikator lain yang tidak kalah penting adalah saluran drainase yang tersedia untuk mengelola air kawasan kumuh. Jika dari keseluruhan populasi terdapat lebih dari 18,75% RT yang tidak memiliki saluran drainase, berarti kawasan tersebut adalah kawasan kumuh.
- Pencahayaan jalanan
Pencahayaan juga merupakan faktor penting yang menjadi indikator penilaian. Jika masih ditemukan lebih dari 26,04% RT tanpa pencahayaan jalanan, berarti kawasan tersebut telah memenuhi salah satu indikator untuk dinyatakan sebagai kawasan kumuh.
Solusi untuk Mengelola Air Kawasan Kumuh
Perlu Anda ketahui, menurut salah satu indikator kawasan kumuh yang ditetapkan melalui Peraturan Menteri PU No 14 Tahun 2018 menyebutkan bahwa beberapa kriteria kawasan kumuh adalah tidak tersedianya akses air minum, sistem pengelolaan air limbah, dan juga saluran drainase.
Untuk itu, pengembang perumahan, pengelola gedung untuk hunian (apartemen/rumah susun), atau juga perusahaan air minum perlu mengetahui tentang pentingnya mengelola air kawasan kumuh. Walaupun terkesan kurang baik, sebenarnya kawasan kumuh tidak selamanya dapat dikategorikan sebagai kawasan kumuh.
Jika Anda dapat membuat instalasi Water Treatment Plant (WTP) untuk membantu menyediakan air bersih dan juga Sewage Treatment Plant (STP) untuk mengolah air limbah domestik agar lebih aman saat dibuang ke badan air, tentunya beberapa indikator kumuh sudah dapat dieliminasi.
Kawasan yang dapat mengelola air kawasan kumuh dengan baik tentunya membantu pemerataan fasilitas publik. Dengan adanya fasilitas yang memadai, tentunya indeks kumuh ikut menurun.
Untuk itu, percayakan saja instalasi WTP dan STP Anda kepada Adika Tirta Daya. Dengan biaya yang lebih kompetitif dan garansi pay for performance, sistem pengolahan air dan limbah Anda dapat dipastikan tetap berkualitas hingga berakhirnya masa kontrak.
Selain itu, Adika Tirta Daya juga sudah tersedia di beberapa kota besar di Indonesia, mulai dari Jabodetabek, Yogyakarta, Denpasar, hingga Surabaya.
Jadi, tidak perlu ragu lagi untuk mempercayakan sistem untuk mengelola air kawasan kumuh kepada Adika Tirta Daya. Hubungi tim marketing kami sekarang juga untuk informasi selengkapnya! (Pradana)